Di era modern ini, banyak orang membandingkan ilmu kuantum dengan ajaran spiritual seperti tasawuf yang mencakup syariat, hakikat, dan makrifat. Perbandingan ini bukan untuk mencampuradukkan keduanya, tetapi untuk memahami persamaan dalam pencarian kebenaran dan perbedaan dalam landasan.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Salah satu tokoh yang sering memberikan pencerahan di bidang tasawuf adalah Gus Mukhlason Rosyid, akrab disapa Gus Son. Beliau mengajarkan bahwa perjalanan spiritual seorang muslim memiliki jenjang yang jelas: Syariat → Tarekat → Hakikat → Makrifat. Menariknya, beberapa penjelasan beliau kerap disejajarkan dengan temuan-temuan sains modern, khususnya dalam fisika kuantum.
1️⃣ Ilmu Kuantum: Menembus Batas Materi
Ilmu kuantum adalah cabang fisika yang mempelajari perilaku partikel pada skala sangat kecil, di mana hukum fisika klasik tidak lagi berlaku. Konsep-konsep seperti superposition (suatu partikel bisa berada di dua keadaan sekaligus), entanglement (keterhubungan partikel meski terpisah jauh), dan uncertainty principle (ketidakpastian posisi dan momentum) menunjukkan bahwa realitas fisik tidak sesederhana yang kita lihat.
Jika sains klasik melihat alam sebagai mesin yang terprediksi, sains kuantum justru mengungkap realitas penuh misteri — mirip dengan apa yang sering dibahas dalam dunia tasawuf tentang keberadaan ghaib.
2️⃣ Syariat: Fondasi Perjalanan Ruhani
Menurut Gus Son, syariat adalah jalan hukum yang menjadi pintu awal setiap muslim. Syariat meliputi:
-
Shalat, puasa, zakat, haji
-
Halal–haram
-
Adab dalam kehidupan
Syariat diibaratkan peta jalan. Tanpa peta, kita bisa tersesat. Sama seperti dalam ilmu kuantum, sebelum melakukan eksperimen canggih, kita harus memahami hukum dasar dan rumus awal.
Gus Son menegaskan: “Orang yang mengaku berilmu makrifat tapi meninggalkan syariat, ibarat membangun rumah di atas awan.”
Artinya, syariat adalah pijakan yang kokoh.
3️⃣ Hakikat: Menembus Lapisan Realitas
Hakikat adalah pemahaman mendalam di balik syariat. Jika syariat mengajarkan shalat lima waktu, hakikat mengajarkan rasa hadir di hadapan Allah. Ini seperti dalam ilmu kuantum, di mana ilmuwan tidak hanya mengukur angka, tapi memahami makna fenomena di balik angka itu.
Hakikat mengajarkan bahwa:
-
Alam semesta adalah tanda (ayat) kebesaran Allah.
-
Segala gerak benda, sekecil apapun, berada dalam kendali-Nya.
-
Hidup bukan hanya tentang materi, tapi juga makna.
4️⃣ Makrifat: Puncak Pengenalan
Makrifat berarti mengenal Allah secara langsung dengan hati yang bersih. Ini adalah tahap di mana hijab (penghalang) batin terbuka, dan seseorang menyaksikan bahwa tidak ada yang wujud kecuali Allah.
Dalam analogi kuantum:
-
Syariat = belajar hukum Newton (dasar fisika).
-
Hakikat = memahami mekanisme partikel kuantum.
-
Makrifat = mengalami langsung keterhubungan seluruh ciptaan dalam satu kesadaran.
Makrifat bukan sekadar teori, tetapi rasa dan pengalaman ruhani. Kata Gus Son, “Makrifat itu seperti rasa manis. Kamu tidak akan paham hanya dengan mendengar penjelasan, kecuali kamu merasakannya sendiri.”
5️⃣ Tasawuf: Jalan Penyucian Diri
Tasawuf adalah ilmu dan praktik untuk membersihkan hati dari penyakit batin (riya, ujub, dengki) dan menghiasi diri dengan akhlak mulia (ikhlas, sabar, tawakal).
Dalam bahasa kuantum, tasawuf adalah proses kalibrasi instrumen. Seperti ilmuwan harus membersihkan alat ukur dari gangguan dan noise, seorang salik (penempuh jalan tasawuf) membersihkan hati agar sinyal ilahi bisa masuk tanpa distorsi.
6️⃣ Persinggungan Ilmu Kuantum & Tasawuf
Walaupun berbeda jalur:
-
Ilmu kuantum menyingkap misteri materi dan energi.
-
Tasawuf menyingkap misteri jiwa dan Tuhan.
Beberapa persamaan menarik:
-
Keterhubungan (Entanglement) ↔ Tauhid
Dalam kuantum, partikel yang terpisah tetap terhubung. Dalam tauhid, seluruh alam semesta bersumber dari Yang Satu. -
Ketidakpastian (Uncertainty) ↔ Tawakal
Dalam kuantum, masa depan partikel tak bisa diprediksi pasti. Dalam iman, manusia berusaha maksimal lalu menyerahkan hasil pada Allah. -
Superposition ↔ Potensi Ruhani
Partikel bisa berada di banyak kemungkinan sekaligus, seperti manusia yang punya banyak potensi ruhani jika diarahkan kepada kebaikan.
7️⃣ Peringatan dari Gus Son
Gus Son sering mengingatkan agar umat tidak mencampuradukkan sains kuantum dengan tasawuf secara sembrono. Kesamaannya hanya pada cara pandang terhadap misteri realitas, bukan pada landasan hukum.
Beliau menegaskan:
-
Syariat tetap wajib dijalankan, apapun pemahaman kuantum kita.
-
Ilmu kuantum adalah wasilah (alat) untuk memahami ciptaan Allah, bukan untuk menafsirkan wahyu secara bebas.
-
Jalan makrifat harus ditempuh dengan bimbingan guru yang mursyid, bukan hasil coba-coba.
8️⃣ Pelajaran Penting untuk Bestie
Bagi bestie yang membaca ini, ada pesan sederhana:
Kalau mau memahami ilmu kuantum, siapkan logika dan eksperimen.
Kalau mau memahami makrifat, siapkan hati dan amalan.
Dan kalau mau menghubungkan keduanya, siapkan keterbukaan pikiran, tanpa meninggalkan syariat.
Kesimpulan
Ilmu kuantum mengajarkan bahwa dunia ini penuh misteri yang tak kasat mata. Tasawuf mengajarkan bahwa di balik misteri itu ada Allah Yang Maha Mengatur. Perjalanan dari syariat → hakikat → makrifat adalah proses berlapis seperti mengupas misteri partikel dalam kuantum, namun tujuannya bukan hanya pengetahuan, melainkan kedekatan dengan Sang Pencipta.
Seperti kata Gus Son:
“Syariat adalah kulit, hakikat adalah isi, dan makrifat adalah rasa. Semua harus ada untuk sempurna.”