Tulisan oleh Syekh Abu al‑Hasan Ali bin Muhammad bin Ali al‑Husaini al‑Jurjaniy, sebagaimana dikutip dalam Gumawa – Apa Arti Hati dan atau Qalbu, memaparkan pemaknaan spiritual yang kaya dari kata “qalbu” (hati) dalam tradisi tasawuf dan filsafat Islam. Berikut penjelasan komprehensif yang dapat memperjelas pesan utama penulis.
1. Definisi Bahasa dan Istilah “Qalbu”
-
Secara bahasa, qalbu (ج: qulubun) berarti “segumpal daging” atau sesuatu yang dapat “berbalik‑balik.” Makna ini menjelaskan sifat qalbu yang mudah dipengaruhi, berubah, dan bersifat dinamis
-
Istilah tasawuf, seperti yang dijelaskan oleh al-Ghazālī, menandakan “suatu tempat halus (al‑Lathiīfah) dalam jiwa yang menjadi wadah ilmu dan pemahaman.” Ia menegaskan bahwa qalbu adalah ruang interior di mana pengetahuan dapat menyerap dan menetap, melampaui jangkauan akal rasional
2. Makna Spiritual Menurut Syekh al‑Jurjānī
Menurut al‑Jurjānī:
“Qalbu adalah sifat lembutnya ketuhanan yang terdapat dalam jiwa manusia.”
Ini menekankan dua hal:
-
Sifat lembut ilahiah, yaitu tatkala kesadaran spiritual manusia terbuka terhadap cinta, rahmat, dan kehadiran Tuhan.
-
Keberadaannya dalam jiwa manusia, menandaskan hubungan langsung dan internal antara qalbu dan fitrah spiritual manusia, bukan hanya organ biologis.
3. Peran Emosional dan Spiritual Qalbu
-
Qalbu sebagai pusat emosi: Nasir Makarim Syīrzī menggambarkan qalbu sebagai inti yang membangkitkan emosi pertama kali, mewakili aspek emosional terdalam manusia
-
Menurut ahli Sufi: Robert Frager memandang qalbu sebagai “hati spiritual”—rumah cinta, tempat inti dari kesadaran cinta kepada Ilahi
Al‑Jurjānī melengkapi pemahaman ini dengan menekankan bahwa qalbu manusia dapat menerima dan memantulkan sifat Allah seperti kelembutan, budi luhur, serta kehalusan batin.
4. Dinamika dan Tantangan Qalbu
Qalbu digambarkan sebagai pusat yang dinamis:
-
“Segumpal daging”: identik dengan kasus hadits Nabi SAW: “Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging… apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh…” (HR. Bukhārī & Muslim). Ini menunjukkan kualitas qalbu yang menentukan kondisi keseluruhan makhluk
-
Potensi berubah: Qalbu bisa menjadi lembut, atau menjadi keras dan terkotori oleh hawa nafsu, emosi negatif, atau pengaruh duniawi.
-
Kewaspadaan spiritual: Pemilik qalbu harus menjaga kebersihan batin agar tidak tersesat. Inilah tantangan internal pembentukan karakter spiritual yang bermoral.
5. Fungsi Qalbu dalam Pembentukan Kepribadian
Menurut peneliti dan juga al‑Ghazālī, dengan dukungan pemikiran al‑Jurjānī:
-
Kontrol dan penilaian
Qalbu berfungsi sebagai penggerak dan pengendali anggota tubuh lainnya. Ia menakar benar-salah, niat, pikiran, hingga tindakan -
Ruang penyerapan ilmu spiritual
Sebagai tempat peristirahatan ilmu dan batin halus, qalbu adalah portal untuk memahami Wahyu lewat perenungan, bukan sekadar rasionalitas. -
Menjadi indikator kondisi internal
Jika qalbu bersih, kepribadian akan cemerlang: lembut, beradab, sabar, adil. Jika qalbu tercemar—oleh kemarahan, iri, atau kedengkian—perilaku akan tercoreng oleh hal negatif. -
Jembatan antara iman dan amaliah
Qur’an menekankan bahwa pendengaran, penglihatan, dan qalbu manusia akan dimintai pertanggungjawaban (QS al‑Isrā’/17:36) Karena itu qalbu adalah pusat introspeksi spiritual dan moral.
6. Inti Filosofis: Sifat Lembut Ketuhanan
Al‑Jurjānī menyatukan nalar dan cinta, mengaitkan qalbu manusia dengan sifat lembut Allah, seperti yang ditemukan dalam Sifat as‑Rauḥūm dan as‑Raḥīm. Dengan kata lain, keberadaan qalbu menunjukkan potensi manusia untuk meneladani sifat Allah: kasih sayang, kelembutan, dan pemahaman mendalam.
7. Strategi Pembersihan dan Pemeliharaan Qalbu
Walaupun al‑Jurjānī tidak merinci metode praktis, para sufi umumnya merekomendasikan:
-
Dhikr (zikrullah): mengingat Allah secara rutin sebagai sarana pengikatan qalbu kepada kehadiran Ilahi.
-
Muraqabah (kontemplasi batin): senantiasa menyadari kondisi qalbu, membedakan bisikan nafsu dengan iris Cahaya Ilahi.
-
Amal soleh: tindakan baik sebagai manifestasi qalbu yang suci, menjaga tubuh dan pikiran dari noda spiritual.
Tidak dijelaskan secara eksplisit dalam teks, namun sejalan dengan tradisi tasawuf klasik.
8. Ringkasan Sistematik
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Bahasa | Segumpal daging; mencerminkan sifat berubah-ubah. |
Sadri Sufi | Tempat penyerapan ilmu halus dalam jiwa manusia. |
Spiritual | Wadah kelembutan ketuhanan yang hidup dalam qalbu. |
Emosional | Pusat kepekaan dan emosi batin terdalam. |
Karakter | Indikator moral dan motivator tindakan. |
Tantangan | Rentan tercemar, sehingga perlu dijaga melalui zikr, ilm, dan ihsan. |